check it now

Jangan Jadi Tone Deaf ya, Bun! Yuk Belajar Berempati dengan Perasaan Anak

Selain soal musik, ternyata tone deaf ini juga merupakan sikap yang tak jarang ditunjukkan orang tua kepada anak, lho. Penasaran? Yuk simak!

Daftar Isi Artikel

Tone deaf memang bukan istilah yang baru. Namun belakangan ini istilah tersebut kembali ramai di media sosial. Sebenarnya tone deaf itu apa, sih?

Berdasarkan Cambridge Dictionary, tone deaf memiliki dua arti yang berbeda.

Pertama, berhubungan dengan musik yakni seseorang yang mengalami tuli nada atau tidak mampu mengenali nada-nada yang berbeda serta menyanyikan lagu-lagu secara akurat.

Kedua, dalam konteks sosial merujuk pada ketidakpekaan seseorang terhadap suatu norma, aturan, atau kondisi di sekitarnya.

Lantas, apa hubungannya dengan sikap orang tua terhadap anak? Yuk kita bahas!

Baca Juga : Tips Menjadi Orangtua yang Menyenangkan bagi Buah Hati

Sikap Tone Deaf Orangtua Pengaruhi Karakter Anak

Pernah nggak sih Ayah atau Bunda merasa dulu saat masih kecil orang dewasa yang ada di sekitar seakan tidak paham dengan apa yang kita rasakan? Atau Ayah dan Bunda pernah merasakan orangtua kita dulu tidak benar-benar mendengarkan cerita kita? Tapi justru mengelak bahkan membandingkan?

Jika iya, secara tidak sadar, orangtua kita dulu telah menjadi tone deaf ketika berinteraksi dengan anak-anaknya.

Misalnya begini, saat kita sedang menghadapi masalah di sekolah dan merasa tidak percaya diri, lalu orang tua berkata, “Halah, begitu doang masa sedih? Nggak usah lebay deh. Dulu Bunda lebih keras dari itu,“.

Alih-alih menyemangati, kalimat tadi justru membuat kita semakin sedih dan down, bukan?

Karenanya, Ayah dan Bunda harus lebih peka dan jangan sampai mengulang kesalahan yang sama pada si Kecil, ya!

Anak-anak merupakan individu yang masih dalam tahap belajar. Mereka belum sepenuhnya memahami apa yang dirasakan dan bagaimana cara mengekspresikan perasaannya dengan baik. Maka dari itu, sikap dan cara Ayah dan Bunda merespon perasaan mereka jadi sangat berpengaruh dalam perkembangan emosional dan mentalnya.

Selain contoh di atas, apa saja sih sikap tone deaf yang sering terjadi?

1. Mengabaikan Perasaan Anak

Masih sering mengabaikan perasaan anak? Jangan ya Bun, ya!

Saat si Kecil kecewa karena suatu hal, jangan pernah abaikan rasa kecewa mereka dengan mengatakan “Alah cuma gitu aja” atau kalimat lain yang justru dapat menambah kekecewaannya. mereka rasakan.

2. Memberi Nasihat yang Tidak Sesuai dengan Usia Anak

Memberi nasihat yang baik dan bijak merupakan salah satu tugas Ayah dan Bunda. Namun harus diingat, pastikan memberi nasihat sesuai usia si Kecil, ya.

Misalnya saat usianya masih 6 tahun, berilah nasihat agar mereka lebih percaya diri dan berani untuk mencoba banyak hal. Jangan sampai justru diberi nasihat perjuangan untuk mengaruhi kerasnya kehidupan.

Cara Menghindari Sikap Tone Deaf pada Anak

1. Dengarkan Cerita dan Keluh Kesah Anak dengan Penuh Empati

Saat anak bercerita tentang suatu hal, baik menyenangkan atau pun tidak, cobalah untuk mendengarkan dan jangan langsung menghakimi.

Belajar untuk lebih berempati dan memahami dari sudut pandang anak.

Dengan begitu, Ayah dan Bunda bisa tahu apa langkah yang harus dilakukan selanjutnya dan mengambil tindakan bijak tanpa melukai atau mengabaikan perasaannya.

2. Ajarkan Anak untuk Mengekspresikan Perasaannya

Setelah mereka selesai bercerita, Ayah dan Bunda perlu memastikan bahwa mereka mampu mengekspresikan perasaannya. Misalnya dengan pertanyaan, “Jadi apa yang adik rasakan setelah itu?

3. Validasi Perasaan Anak

Saat si Kecil sudah mampu mengekspresikan perasaannya, tugas orangtua adalah memvalidasi perasaan mereka.

Contohnya dengan mengatakan, “Jadi adik merasa sedih, ya?” atau “Iya, Bunda paham kalau adik merasa sedih” atau kalimat lain yang dapat membuat mereka merasa kalau orangtuanya benar-benar memahami rasa sedih atau kecewanya.

4. Berikan Solusi yang Sesuai dengan Usia Anak

Ingat, anak-anak belum dapat menyerap informasi dengan cepat dan pola pikirnya juga belum seperti orang dewasa. Jadi, hindari memberi nasihat yang terlalu dewasa atau terlalu abstrak untuk mereka.

Cobalah untuk memberi solusi yang mudah dipahami. Misalnya saat mereka merasa takut untuk mencoba hal baru, Ayah dan Bunda bisa mengatakan, “Tidak perlu takut. Kita bisa coba sama-sama. Nanti Bunda bantu sampai kamu bisa, ya?

5. Berhenti Membandingkan Pengalaman Anak dengan Pengalaman Ayah atau Bunda di Masa Lalu

Membandingkan pengalaman masa lalu Ayah atau Bunda pada anak bukan solusi tepat.

Hal tersebut tidak akan membuat anak bersemangat atau lebih baik. Sebab yang mereka butuhkan adalah support dari orangtuanya.

Jadi, fokuslah pada masa sekarang dan apa yang mereka rasakan saat itu.

Tips Agar Si Kecil Tidak Menjadi Pribadi yang Tone Deaf

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk menghindari anak agar tidak memiliki sikap tone deaf di kemudian hari :

  1. Hindari memberi komentar negatif yang dapat menumbuhkan sifat egois dalam diri anak
  2. Menjadi contoh yang baik dengan peduli terhadap orang-orang di sekitar
  3. Melibatkan anak pada kegiatan sosial agar rasa empatinya semakin besar
  4. Selalu mengapresiasi inisiatif anak saat memiliki kegiatan sosial untuk membantu sesama

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates