Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius yakni stunting. Seperti yang kita tahu, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, bahkan dalam jangka panjang dapat meningkatkan serangan risiko penyakit kronis, rendahnya kemampuan belajar, hingga keterbelakangan mental yang berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia.
Meskipun angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun menjadi 24,4% pada tahun 2021. Namun, angka tersebut masih dinilai tinggi jika dibanding standar WHO, yakni tidak lebih dari 20%.
Berangkat dari hal tersebut, dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Indonesian Gastronomy Community (IGC) didukung oleh Danone Indonesia mendeklarasikan konsensus dari para ahli di multi-bidang yaitu bidang pangan, budaya, sosio-antropologi, dan kesehatan tentang peran nutrisi dan hidrasi melalui makanan tradisional untuk pencegahan stunting.
“Sebagai bentuk komitmen dan dukungan IGC terhadap usaha penanggulangan stunting di Indonesia, maka disusunlah konsensus dari para ahli melalui pendekatan gastronomi untuk menghasilkan suatu sikap dan kebijakan dalam penanganan stunting,” papar Ketua Umum IGC, Ria Musiawan.
Pendekatan Gastronomi untuk Bantu Cegah Stunting
Banyak yang mengira bahwa gastronomi adalah ilmu yang berkaitan gastroenterologi atau sistem pencernaan, nyatanya bukan ya.
“Gastronomi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang makanan atau seni makanan yang baik. Gastronomy is the art of good eating. Dalam gastronomi, makanan dikenal bukan hanya sebagai pengenyang perut, tapi ada cerita dan filosofi di dalamnya,” kata Ria.
Menurut Ria, makanan dan minuman sangat erat kaitannya dengan permasalahan gizi. Bahkan beberapa penelitian dan kajian ilmiah di berbagai daerah menunjukkan bahwa pangan, hidrasi, dan kuliner berbasis kearifan lokal dapat menjadi salah satu faktor sukses penanggulangan stunting di Indonesia.
Pemenuhan Nutrisi Berbasis Makanan Tradisional untuk Cegah Stunting
Hindah Muaris, salah satu dewan pakar IGC mengatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan gizi dan mencegah stunting adalah melalui makanan tradisional.
“Sekarang makanan tradisional mulai ditinggalkan karena banyak yang lebih praktis dan cepat saji,” imbuhnya.
Lebih lanjut Hindah menerangkan strategi gastronomi dengan menu gizi seimbang dari bahan pangan lokal yang diolah menjadi berbagai hidangan yang enak dan menyehatkan dapat memperbaiki gizi anak dan menurunkan stunting.
Ada banyak jenis makanan tradisional yang memiliki nutrisi dan nilai gizi tinggi seperti jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, telur rebus, tempe, dan masih banyak menu sehat untuk anak lainnya yang dapat disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah.
Medical Science Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Basrowi, MKK mengatakan bahwa, Indonesia seharusnya tidak pantas menjadi negara dengan angka stunting yang tinggi, karena variasi makanan tradisional Indonesia luar biasa besar dan beragam, di mana pangan lokal dapat memenuhi hampir 60% protein.
“Menurunkan stunting bukan tugas single player. Untuk itu, diperlukan komitmen bersama dari semua pihak untuk menyukseskan target pemerintah dalam menurunkan angka stunting di tahun 2024 menjadi 14%.” Tutup Ray.