GTM atau Gerakan Tutup Mulut adalah fase yang umumnya dialami si kecil saat masuk fase MPASI. Biasanya si kecil enggan membuka mulut saat disuapi. Tapi, tahukah Moms apa saja sih penyebab si kecil GTM?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyebab GTM yang paling banyak terjadi adalah inappropriate feeding practice atau perilaku makan yang tidak benar dan pemberian makanan yang tidak sesuai usia si kecil.
Selain karena hal tersebut, ada pula beberapa penyebab si kecil GTM yang perlu Bunda hindari. Yuk simak informasi lengkapnya berikut!
Baca Juga : 25 Resep MPASI Anti-GTM, Bayi 6-12 Bulan!
1. Memaksa Si Kecil Menghabiskan Makanannya
Orang tua mana sih yang tidak senang kalau sang anak makan dengan lahap dan selalu menghabiskan makanan yang telah disediakan?
Namun pasti ada kalanya ia sedang tidak mood atau tidak ingin menghabiskan makanannya.
Jika sudah seperti ini jangan sekali-kali memaksa si kecil untuk menghabiskan makannya, ya. Sebab, selain jadi penyebab si kecil GTM, memaksa anak menghabiskan makanan juga dapat berdampak buruk seperti :
- Membuat anak membenci makanan tertentu
- Menghilangkan selera makan
- Mengarah pada kebiasaan makan yang tidak sehat dan gangguan makan
- Membuat anak muntah karena kekenyangan
2. Waktu Makan Tidak Sesuai Jadwal Jadi Penyebab Si Kecil GTM
Memberikan snack atau susu saat mendekati waktu makan jelas dapat menjadi penyebab GTM. Karena apa? Anak pasti sudah merasa kenyang sehingga membuatnya malas makan.
Itu sebabnya penting untuk mengatur jadwal makan utama dan snacking. Berikan makanan utama 3 kali sehari dengan 2 kali snacking. Jika si kecil minum susu, Bunda bisa berikan 2-3 kali sehari dengan takaran 500-600 ml/hari. Pilihlah waktu yang jauh dari waktu makan utama.
3. Minum di Sela-Sela Makan
Minum di sela-sela makan merupakan salah satu kebiasaan yang lumrah dilakukan lantaran merasa haus atau ‘seret’ saat mengunyah makanan.
Tapi tahukah? Ternyata hal ini cukup berisiko untuk kesehatan bahkan berbahaya. Hah, kok bisa?
Minum di sela makan dapat memengaruhi pH keasaman lambung. Sedangkan tingkat keasaman yang seimbang dibutuhkan untuk membantu menstimulasi pelepasan enzim pencernaan. Padahal enzim-enzim inilah yang berfungsi untuk melembutkan makanan sehingga lebih mudah dicerna.
Sayangnya, jika diselingi minum, pH lambung akan berubah dan mengganggu proses pemecahan protein, penyerapan vitamin dan proses pencernaan makanan.
Selain itu, minum di sela-sela makan juga bisa jadi penyebab GTM karena dapat membuat anak merasa cepat kenyang.
4. Penyebab Si Kecil GTM Karena Makanan Terlalu Hambar
Memang benar, saat MPASI si kecil tidak boleh makan makanan yang terlalu banyak garam, gula, atau penyedap rasa. Namun bukan berarti makananya hambar ya, Bun.
Sebab selain kebiasaan dan jadwal makan yang berantakan, rasa makanan yang hambar juga bisa jadi penyebab GTM.
Karenanya, penting untuk memperhatikan variasi menu harian si kecil dengan rasa dan tekstur yang berbeda agar si kecil juga terbiasa dan tidak merasa aneh atau asing dengan makanan baru.
5. Makan Sambil Nonton atau Bermain
Membiarkan anak makan sambil menonton tv, gadget, atau bermain dengan alasan agar “makannya habis” jelas bukan hal yang tepat.
Selain menyebabkan GTM, makan sambil nonton atau bermain juga menyebabkan beberapa hal buruk berikut :
- Mengganggu konsentrasi
- Menurunkan tingkat metabolisme
- Menyebabkan si kecil makan berlebihan sehingga rentan mengalami obesitas
6. Tekstur Makanan Tidak Sesuai Usia Jadi Penyebab Si Kecil GTM
Kesalahan makan penyebab GTM yang terakhir adalah memberikan makanan dengan tekstur yang tidak sesuai usia si kecil.
Coba bayangkan, jika anak usia 6 bulan diberikan makanan dengan tekstur untuk anak usia 12 bulan? Tentu mereka akan kesulitan mengunyah dan tidak bisa menelan makanannya bukan?
Begitu pun sebaliknya, anak usia 12 bulan yang diberikan makanan untuk usia 6 bulan tentu tidak tepat.
Hal inilah yang akhirnya bisa membuat si kecil GTM. Untuk itu, pastikan Bunda tahu kapan usia tepat untuk naik tekstur di masa MPASI agar si kecil bisa mendapatkan nutrisi yang optimal untuk tumbuh kembangnya.
