Bunda perlu tahu, berakhirnya tahun 2024 juga menjadi penanda berakhirnya era generasi alpha, lho! Anak yang lahir pada 1 Januari 2025 tidak lagi disebut sebagai generasi alpha, melainkan generasi Beta.
Penyebutan Alpha yang berlanjut ke Beta merujuk pada alfabet Yunani. Penandaan demografi tiap generasi ini dilakukan dalam rentang 15 tahun. Klasifikasi ini diciptakan oleh pakar demografi asal Australia, Mark McCrindle.
Ia mendefinisikan tiap generasi sebagai kelompok orang dalam periode waktu tertentu sesuai dengan pengalaman budaya, sosial, dan sejarah yang sama. Inilah yang membuat tiap generasi memiliki sudut pandang, sikap, nilai dan perilaku yang khas juga berbeda.
Mulai dari Baby Boomers, Gen X, Gen Y (Millenial), Gen Z, hingga Gen Alpha memiliki ciri khas karakternya masing-masing. Begitu juga dengan Generasi Beta yang lahir di tengah perkembangan kecerdasan buatan atau AI sedang berkembang pesat.
Lantas, bagaimana sih karakter generasi yang satu ini?
Baca Juga: 4 Cara Seru Ajak si Kecil Buat Resolusi Tahun Baru yang Penuh Makna
Apa sih Generasi Beta Itu?
Generasi Beta merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 2025 hingga 2039. Ini merupakan generasi pertama yang lahir dan menjalani kehidupan hanya di abad ke-21, ketika era teknologi sudah semakin canggih.
Serupa dengan Gen Alpha, Gen Beta juga akan banyak bersinggungan dengan teknologi bahkan dengan kecerdasan buatan atau AI.
McCrindle bahkan memprediksi, gen Beta akan diisi oleh anak-anak yang sangat terintegrasi dengan teknologi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini juga membuat mereka lebih menghargai keberagaman, merangkul perubahan dan keterbukaan.
Uniknya, generasi ini lahir dari orangtua milenial dan gen Z yang juga melek teknologi. Meski tumbuh di era masifnya teknologi, gen Beta punya orangtua seperti kita yang memiliki kesadaran penuh atas kemungkinan jebakan teknologi. Jadi, ada rambu-rambunya jugaa ya, Yah, Bun!
Lebih lengkapnya, karakter gen Beta diprediksi menjadi sebagai berikut:
- Gen Beta unggul dalam hal inovasi teknologi dan sains. Generasi ini cenderung mahir memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah yang rumit. Mulai dari inovasi dalam AI, bioteknologi, teknologi lingkungan hingga ilmu kedokteran.
- Kemampuan beradaptasi yang lebih baik. Hidup di era teknologi yang kompleks membuat gen Beta cenderung terbiasa dengan kehidupan yang dinamis.
- Lebih futuristik dalam melihat segala hal. Berada di lingkungan yang penuh dengan terobosan teknologi membuat generasi ini terpacu untuk berinovasi lebih maju.
- Interaktif secara digital namun individualis. Jangankan gen Beta, gen sebelum-sebelumnya yang terkena dampak perubahan teknologi yang masif turut ‘kecanduan’ dengan interaksi secara digital. Semakin tinggi interaksi digital-nya, maka tak terpungkiri sisi individualitas dalam diri generasi ini juga semakin tinggi. Â
Bagaimana Cara Mendidik Mereka?
Orangtua Milenial dan Gen Z tumbuh di era perkembangan teknologi yang cukup masif. Kita sedikit-banyak tahu pola-pola yang mungkin terjadi di masa depan, yang berhubungan dengan perkembangan teknologi.
Maka dari itu, gen Beta memerlukan peran orangtua yang memprioritaskan kemampuan beradaptasi, kesetaraan, dan kesadaran ekologi dalam pola asuh mereka. Maksudnya seperti apa?
Kita sebagai orangtua dari Beta, diharapkan mampu berpikiran terbuka dan mengenalkan realitas dunia yang kita tinggal saat ini sedari dini. Ajak mereka untuk melihat lebih dekat isu-isu sosial, lingkungan, hingga teknologi di masa ini agar mereka mampu berpikiran global dan kolaboratif.
Ada beberapa hal yang bisa Ayah dan Bunda coba, di antaranya:
- Ajari anak kecerdasan emosional sedari dini. Mereka harus maampu mengenal dan memprioritaskan kesehatan mental dirinya dan orang sekitarnya sebelum bertindak. Jangan lupa untuk ajarkan mereka untuk mengekspresikan emosi dengan lebih bijak, ya.
- Beraktivitas di luar ruangan. Meski lahir di era internet dan gadget, jangan lupa ajak si kecil untuk beraktivitas fisik secara nyata di luar rumah ya, Yah, Bun! Hal ini bisa dimulai dengan piknik kecil-kecilan di luar rumah, berlibur ke wisata alam, mengikutsertakan anak ke klub olahraga, hingga kelas-kelas offline lainnya yang merangsang kemampuan interaksi interpersonalnya.
- Bijak menggunakan teknologi. Pengasuhan yang gentle dan holistik membuat si kecil tak hanya mampu menggunakan teknologi dengan mahir, melainkan juga bijaksana. Tentu, hal ini hanya bisa dicapai kalau Ayah dan Bunda memberikan rules dan pendampingan yang tepat ketika anak menggunakan gadget-nya.
Tantangan Generasi Beta di Masa Depan
Gen Beta hidup dengan tantangan dan warisan masalah yang beragam. Mulai dari perubahan iklim, pergeseran populasi global, dan urbanisasi yang cepat.
Meski lahir di era perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang dapat menawarkan kemudahan dan pengetahuan, namun ada banyak kontradiksi dan bias di internet yang mampu menimbulkan kecemasan.
Dunia digital yang menawarkan pengalaman instan dan serba cepat membuat generasi ini tak terbiasa dengan proses. Mereka cenderung berekspektasi pada hal-hal yang instan dan sulit untuk bersabar.
Selain memproyeksikan sikap optimis, penting bagi Ayah dan Bunda untuk mengajarkan si kecil mengenai proses dan kegagalan. It’s okay, apapun yang terjadi Ayah dan Bunda akan selalu menemani~